Selama beberapa tahun lebih dari 680 pekerja yang memproduksi Kecap Bango produkĀ Unilever, telah memperjuangkan hak untuk merundingkan upah yang adil. Pada tahun 2021, para pekerja melakukan aksi protes menuntut upah layak. Pada Juli 2022, Unilver merespons dengan formula Living Wage global. Menurut Unilever, Living Wage meliputi Seragam Kerja, Piknik Perusahaan (family gathering), BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, THR, bahkan Jaminan Kecelakaan Kerja.
Sehingga akibatnya, semua pengeluaran perusahaan ini, termasuk iuran pemberi kerja untuk BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, THR yang diwajibkan oleh pemerintah melalui undang-undang, merupakan kontribusi Unilever terhadap kemampuan pekerja untuk memenuho kebutuhan keluarganya. Hal ini menyisakan upah yang sebenarnya dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan hal tersebut membuat upah actual yang dibutuhkan untuk memenuhi biaya hidup, jauh lebih rendah karena Unilever yakin telah berkontribusi pada biaya hidup tersebut dengan seragam dan family gathering.
Produk yang dibuat oleh pekerja di Pabrik Kecap Bango menghasilkan begitu banyak kekayaan bagi Unilever dan terdaftar dalam 28 Sustainable Living Brands global. Namun, brand tersebut tidak memberikan kontribusi apapun untuk memastikan pekerja dan keluarganya mendapatkan hidup yang layak. Living Wage yang dimiliki Unilever saat ini diberlakukan secara sepihak kepada para pekerjanya di Kecap Bango dan sama sekali tidak memenuhi biaya hidup pokok mereka.
Sementara Unilever mengklaim formula Living Wage ini bersifat global, dengan tidak adanya bukti yang menunjukkan bahwa perhitungan Living Wage untuk pekerja Unilever di Eropa, termasuk family gathering, seragam atau tunjangan sosial dan asuransi kesehatan, bonus tahunan atau jaminan kecelakaan kerja.
Pada saat yang sama, Unilever mempromosikan penggunaan Living Wage yang dihitung oleh Fair Wage Network. Perusahaan mengklaim bahwa Living Wage ditentukan untuk setiap lokasi secara global berdasarkan penilaian biaya hidupnya. Namun tidak ada kejelasan tentang bagaimana biaya hidup yang dinilai dengan cermat menggunakan formula Living Wage yang mencakup Seragam, Family Gathering, dan bonus tahunan. Jawaban yang paling mungkin adalah bahwa rumus Living Wage hanya membantu perusahaan menghasilkan angka yang cukup dekat dengan angka Fair Wage (upah wajar) untuk biaya hidup. Masalahnya adalah seragam, piknik (family gathering), BPJS Ketenagakerjaan dan Jaminan Kecelakaan Kerja tidak membantu pekerja dan keluarganya memenuhi biaya hidup mereka.
Tanggapan dan penggunaan perhitungan Living Wage Unilever yang tidak adil dan tidak rasional serta sama sekali tidak ada hubungannya dengan biaya hidup dan kebutuhan keluarga sangat membuat frustasi. Sehingga para pekerja terus melanjutkan aksi protesnya.