Otomatisasi dan teknologi baru dapat meningkatkan STRES di tempat kerja

Otomatisasi dan teknologi baru dapat meningkatkan STRES di tempat kerja

Apa dampak NEGATIF ​​​​yang mungkin terjadi dari otomatisasi dan teknologi baru? [PDF]

Otomatisasi dan teknologi baru dapat meningkatkan STRES di tempat kerja [PDF]

Bagaimana serikat pekerja dapat memastikan dampak POSITIF dari otomatisasi dan teknologi baru? [PDF]

Apa yang bisa dilakukan serikat dalam menghadapi otomatisasi dan teknologi baru? [PDF]

Memenangkan hal yang mustahil: FSPM mengembalikan lapangan kerja yang hilang akibat pandemi, membangun kembali kekuatan serikat pekerja

Memenangkan hal yang mustahil: FSPM mengembalikan lapangan kerja yang hilang akibat pandemi, membangun kembali kekuatan serikat pekerja

Dalam pemulihan pascapandemi, banyak serikat pekerja di sektor perhotelan & pariwisata membangun kembali keanggotaan mereka dan merekrut anggota baru. Federasi Serikat Pekerja Mandiri (FSPM) di Indonesia yang berafiliasi dengan IUF juga telah meningkatkan keanggotaannya melalui pengorganisiran serikat pekerja baru. Namun yang menonjol dari pencapaian FSPM adalah keberhasilannya dalam mempekerjakan kembali anggota yang di-PHK selama pandemi COVID-19. Yang lebih luar biasa lagi adalah FSPM memenangkan kembali pekerjaan di properti hotel yang telah mengubah brand mereka.

Beberapa contohnya meliputi:

  • 15 anggota serikat pekerja kembali bekerja di Hotel Grand Asia pada tanggal 1 Agustus 2023, tiga tahun empat bulan setelah mereka diberhentikan ketika hotel tersebut menutup operasinya pada bulan April 2020.
  • 32 bulan setelah Crowne Plaza Jakarta mengumumkan penutupannya, FSPM berhasil mempekerjakan kembali 77 pemimpin dan anggota serikat pekerja di properti hotel tersebut dengan nama baru Artotel Mangkuluhur.
  • Tiga tahun setelah Fairmont Sanur dari Accor mem-PHK pekerja secara tidak adil karena membentuk serikat pekerja, FSPM terus berkampanye, dan akhirnya memenangkan pekerjaan kembali bagi anggota serikat pekerja di properti hotel di bawah manajemen InterContinental Bali Sanur Resort yang baru.

Pada awal pandemi, Hotel Grand Asia Jakarta memutuskan untuk menutup operasinya pada bulan April 2020. Meskipun serikat pekerja telah memanggil manajemen untuk melakukan negosiasi upah selama penutupan, manajemen secara sepihak menetapkan upah kurang dari setengah upah minimum yang sah. Menyikapi hal tersebut, FSPM melancarkan aksi protes dan melaporkan kasus ini ke Pengawas Ketenagakerjaan Jakarta Utara pada Januari 2021.

Pada Maret 2021, manajemen Grand Asia Hotel Jakarta tidak membayar upah sama sekali. Keseluruhan 41 pekerjanya diberhentikan pada bulan Oktober 2021. FSPM meningkatkan aksi protesnya, menuntut para pekerja dipekerjakan kembali. Setelah serangkaian negosiasi dengan manajemen, anggota serikat pekerja yang masih bertekad untuk kembali bekerja akhirnya ditawari pekerjaan kembali. Dari 41 anggota, 15 tetap ingin bekerja kembali. Akhirnya mereka kembali bekerja pada 1 Agustus 2023.

Sebanyak 202 pekerja di Crowne Plaza Hotel Jakarta terpaksa diberhentikan pada Juni 2021. Upah mereka belum dibayar sejak hotel ditutup pada September 2020. Properti hotel berganti merek dan manajemen menjadi Artotel dan kembali beroperasi pada Juni 2023. Namun, pekerja harian lepas (kasual) justru dipekerjakan alih-alih memanggil kembali pekerja tetap yang diberhentikan.

FSPM telah mengampanyekan agar mereka dipekerjakan kembali melalui aksi protes yang terus-menerus setiap minggu di depan hotel dan melaporkan kasus tersebut ke Dinas Tenaga Kerja Jakarta Selatan. Hasilnya, akhirnya pada Juni 2023, sebanyak 77 pekerja tetap dipanggil kembali bekerja. Gaji yang belum dibayar selama masa PHK (32 bulan) akan dicicil.

FSPM juga berhasil melakukan negosiasi dengan perusahaan pemilik untuk segera memproses pembayaran pesangon 22 pekerja yang pensiun dan 94 pekerja yang telah mendapatkan pekerjaan alternatif dan tidak ingin bekerja di hotel itu lagi.

Ketua Serikat Pekerja di Artotel Mangkuluhur (tadinya Crowne Plaza), Brother Lukmanul Hakim, mengatakan bahwa:

Keberhasilan dari perjuangan tersebut bukan hanya milik pengurus serikat pekerja saja, melainkan seluruh anggota serikat pekerja. Kesabaran, keyakinan dan kepercayaan yang diberikan oleh anggotalah yang menentukan arah perjuangan serikat yang membawa keberhasilan.

Di Fairmont Sanur Accor di Bali, 68 pekerja dipaksa menandatangani surat pengunduran diri “sukarela” pada akhir Juli 2020. Semuanya adalah anggota serikat pekerja. Para pekerja menolak dan dua hari kemudian menerima surat pemutusan hubungan kerja yang menyatakan mereka redundan. Meskipun manajemen menyatakan bahwa para pekerja tersebut di-PHK karena situasi ekonomi, motif mereka sebenarnya terungkap ketika mereka mengizinkan pekerja untuk kembali bekerja dengan syarat mereka keluar dari serikat pekerja.

Meskipun Accor Indonesia tidak mengambil tindakan dan manajemen global Accor gagal mengatasi pelanggaran hak-hak ini, FSPM terus melakukan mobilisasi di Bali dan memberikan tekanan pada pemilik properti dan pemerintah daerah agar mereka dapat dipekerjakan kembali. Akhirnya ketika hotel dibuka kembali sebagai InterContinental Bali Sanur Resort, anggota serikat pekerja yang masih bertekad untuk bekerja di hotel tersebut dipekerjakan kembali.

Ketua Serikat InterContinental Bali Sanur (dulunya Fairmont Sanur), Brother I Made Jaya Adi Nugraha, menekankan pentingnya “solidaritas FSPM yang tidak perlu diragukan lagi”:

Pasti akan ada akhir dari sebuah perjuangan jika kita benar-benar memperjuangkan apa yang kita anggap benar. Tentu saja kita memerlukan konsistensi dan pengorbanan. Tetapi waktu pada akhirnya akan menjawab. Anggota tidak perlu takut untuk berjuang sendiri, karena FSPM telah membuktikan bahwa mereka tidak sendiri dan telah menunjukkan solidaritas yang tidak perlu dipertanyakan lagi.

Dalam menjelaskan pencapaian yang “mustahil” tersebut, Sekertaris Umum FSPM, Galih Tri Panjalu, menyatakan:

Melewati hari demi hari dalam sebuah perjuangan itu sangatlah tidak mudah, apalagi ketika perjuangan itu untuk bekerja kembali, di tengah-tengah upah yang tidak dibayar selama bertahun-tahun, dan ekonomi keluarga yang harus ditopang setiap harinya, tidak banyak yang bisa bertahan. Namun apabila perjuangan itu dilakukan bersama-sama, dan kita tetap bersatu, maka bukan hal yang mustahil bagi kita untuk melihat hasil dari jerih payah perjuangan.

 Mengomentari kemenangan FSPM baru-baru ini, Sekretaris Regional terpilih, Hidayat Greenfield, menyatakan:

FSPM terus meraih kemenangan dan membangun kembali kekuatan serikat pekerja dalam menghadapi tantangan yang sangat sulit. Apa yang FSPM ingatkan kepada kita adalah bahwa tidak ada “kampanye strategis”, “pengaruh” atau gimmick atau trik sulap lainnya untuk menumbuhkan keanggotaan serikat pekerja dan membangun kekuatan serikat pekerja. Tidak ada jalan pintas. Ini adalah kombinasi dari tekad yang tiada henti, keberanian, serta pemahaman terhadap keadilan dan martabat yang kuat bagi para pekerja.

 Sekertaris Regional menambahkan:

Ketika pihak lain sudah menyerah, FSPM terus berjuang. Aksi protes rutin, mobilisasi solidaritas antar anggota FSPM, negosiasi sulit, jalur hukum, dan pengorganisiran yang berkelanjutan. Hanya kombinasi dari semua ini yang dapat menghasilkan kemenangan yang dikenal dengan FSPM. Tindakan hukum atau mediasi saja tidak akan membuahkan banyak hasil. Faktanya, segala bentuk mediasi dan bahkan kemenangan hukum seringkali hanya menghasilkan kompensasi finansial – bukan pemulihan hak. Pembayaran finansial tidak membangun kekuatan serikat pekerja. Hanya melalui pemulihan hak, serikat pekerja bisa menjadi lebih kuat. FSPM mengingatkan kita akan fakta penting ini.

 Slogan paling umum dalam aksi unjuk rasa, protes dan pemogokan FSPM adalah “berani berjuang pasti menang!”. Dengan tekad dan keberanian inilah anggota FSPM dan keluarga mereka pasti bisa meraih kemenangan.

!پوسٹرز: نیسلے کے ورکرزسٹاربکس کے ورکرز کے ساتھ اظہار یکجہتی کرتے ہیں

!پوسٹرز: نیسلے کے ورکرزسٹاربکس کے ورکرز کے ساتھ اظہار یکجہتی کرتے ہیں

سٹاربکس امریکا  میں   سٹاربکس میں منظم نوجوان کارکنوں پر ایک منظم حملے میں مصروف ہے۔ ورکرز کو محض یونینز بنانے اور ان میں شامل ہونے کے اپنے عالمی انسانی حق کو استعمال کرنے کے لیے تشدد، ایذا رسانی اور غیر منصفانہ برطرفی کا سامنا کرنا پڑتا ہے۔

ئ۲۰۱۸  میں،   نیسلے نے سٹاربکس کی برانڈڈ کافی مصنوعات کی تیاری اور فروخت کا حق حاصل کرنے  کے لیے سٹاربکس کو سات اشاریہ    پندرہ بلین یو ایس ڈالر ادا کیا۔اس میں” سٹاربکس کافی ایٹ ہوم”،اور پینے کے لیے تیار کین اور بوتل بند کافی شامل ہیں۔

نیسلےمیں یونینائزڈ ورکرز یہ قبول نہیں کر سکتے کہ ان کا آجر سٹاربکس جیسی یونین مخالف کمپنی کے ساتھ کاروبار کر رہا ہے۔ کارکنان          کا کہناہے کہ نیسلے کے کارخانوں میں تیار کی جانے والی سٹاربکس کافی پروڈکٹس پورے کارپوریٹ کلچر کی نمائندگی کرتی ہیں جو کہ یونین ۔     مخالف ہے اور ” یہ ہمارا طریقہ   کار نہیں ہے!” وہ سٹاربکس سے کارکنوں اور ٹریڈ یونین کے حقوق کا احترام کرنے کا مطالبہ کر رہے ہیں

 انگریزی، جاپانی، ہندی، انڈونیشیائی، خمیر، تھائی، چینی (روایتی)، بنگالی، کورین اور اردو میں نیچے دیے گئے پلے کارڈز اور پوسٹرز دیکھیں۔

انگریزی

جاپانی

ہندی

انڈونیشیائی

خمیر

تھائی

 

چینی (روایتی)

بنگالی

کورین

اردو

 

!پوسٹرز: ہم سٹاربکس کے ورکرزکے ساتھ اظہاریکجہتی کرتے ہیں

!پوسٹرز: ہم سٹاربکس کے ورکرزکے ساتھ اظہاریکجہتی کرتے ہیں

سٹاربکس امریکا  میں   سٹاربکس میں منظم نوجوان کارکنوں پر ایک منظم حملے میں مصروف ہے۔ ورکرز کو محض یونینز بنانے اور ان میں شامل ہونے کے اپنے عالمی انسانی حق کو استعمال کرنے کے لیے تشدد، ایذا رسانی اور غیر منصفانہ برطرفی کا سامنا کرنا پڑتا ہے۔ اس کے جواب میں، کارکنان پورے ایشیا پیسیفک کے خطے میں یہ مطالبہ کرنے کے لیے متحرک ہو رہے ہیں کہ سٹاربکس کارکنوں کے حقوق کا احترام کرے!

اس سلسلے   میں انگریزی، جاپانی، خمیر، میانمار (برمی)، تھائی، انڈونیشیائی، ہندی، نیپالی، چینی (روایتی)، بنگالی، کورین اور اردو میں نیچے دیے گئے پلے کارڈز اور پوسٹرز دیکھیں۔

انگریزی

جاپانی

خمیر

میانمار (برمی)

تھائی

 انڈونیشیائی

 ہندی

نیپالی

چینی (روایتی)

بنگالی

کورین

اردو

POSTERS: We are in solidarity with Starbucks workers!

POSTERS: We are in solidarity with Starbucks workers!

Starbucks is engaged in a systematic, vicious attack on young workers organizing in Starbucks in the USA.  Workers face victimization, harassment and unfair dismissal simply for exercising their universal human right to form and join unions. In response, workers are mobilizing across the Asia-Pacific region to demand that Starbucks respect workers’ rights!

See the placards and posters below in English, Japanese, Khmer, Myanmar (Burmese), Thai, Indonesian, Hindi, Nepali, Chinese (traditional), Bengali, Korean and Urdu.

English

Japanese 日本語

Khmer ភាសាខ្មែរ

Burmese ဗမာဘာသာစကား

Thai ภาษาไทย

Bahasa Indonesia

Hindi हिन्दी

Nepali नेपाली

Chinese [繁體字]

Bengali বাংলা

Korean 한국어

Urdu اردو

POSTERS: Nestlé workers in solidarity with Starbucks workers!

POSTERS: Nestlé workers in solidarity with Starbucks workers!

Starbucks is engaged in a systematic, vicious attack on young workers organizing in Starbucks in the USA.  Workers face victimization, harassment and unfair dismissal simply for exercising their universal human right to form and join unions.

In May 2018, Nestlé paid Starbucks US$7.15 billion for the right to manufacture and sell Starbucks branded coffee products. This includes “Starbucks Coffee At Home” and ready-to-drink canned and bottled coffee.

Unionized workers at Nestlé cannot accept that their employer is doing business with a viciously anti-union company like Starbucks. Workers are saying that Starbucks coffee products manufactured in Nestlé factories represent an entire corporate culture that is anti-union and “this is not out recipe!” They are calling on Starbucks to respect worker and trade union rights!

See the placards and posters below in English, Japanese, Hindi, Indonesian, Khmer, Thai, Chinese (traditional), Bengali, Korean and Urdu.

English

Japanese 日本語

Hindi हिन्दी

Bahasa Indonesia

Khmer ភាសាខ្មែរ

Thai ภาษาไทย

Chinese [繁體字]

Bengali বাংলা

Korean 한국어

Urdu اردو